watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita Sexs
Berawal dari khayalan

Cerita ini di mulai waktu saya masih duduk di
kelas 1 SMA di kota B. Usia saya sekarang 33
tahun, berarti kejadian ini terjadi 16 tahun yang
lalu.
Panggil saya Kadek, ketika itu saya mempunyai
kelompok belajar yang selalu rutin belajar di salah
satu rumah teman kami, Bima. Saya, Bima,
Hendra, Julian dan Rizki setiap akan ulangan selalu
belajar berkelompok sambil menginap, karena
anak kelas satu masuk sekolah selalu pada siang
hari.
Teman saya, Bima, memang dari keluarga yang
lebih dibanding teman-teman yang lain. Dia
adalah anak bungsu dari 4 bersaudara (2 pria dan
2 wanita), dari ayah seorang pejabat Depkeu.
(drs.E) dan Ibu dosen fakultas sastra di universitas
negeri di kota B, yang biasa kami panggil Tante N.
Otomatis kami selalu tidur, makan dan mandi di
sana, malah kalau keluarga drs.E berpesiar, kami
suka diajak.
Bila Bima sedang di bawah (karena kamarnya
memang di lantai 2), kami selalu membicarakan
sangkakak no.3 yang bernama E. Hal-hal yang
dibicarakan tidak lain adalah wajah yang good
looking serta body yang aduhai disertai kulit putih
mulus terawat. Tapi anehnya, saya kok lebih suka
memperhatikan Tante N, yang diusia 42 tahun
lebih menimbulkan hasrat serta fantasi-fantasi
seksual yang membuat perasaan risih. Karena
walau bagaimanapun Tante N adalah ibu kandung
dari teman baikku. Jadi, saya hanya bisa
berkhayal dan tidak berani cerita pada orang lain.
Karena keluarga drs.E adalah pencinta sport,
maka setiap weekend selalu diisi dengan kegiatan
berolahraga, terutama olah raga tennis. Karena
saya cukup mahir bermain tennis, saya selalu
diajak untuk bermain tennis. Karena saya
dianggap paling jago, maka saya sering
berpasangan dengan Tante N apabila bermain
double. Selain badan Tante N yang proporsional
dengan tinggi badan sekitar 165 cm, pakaian
tennis Tante N memang sexy dengan rok pendek
serta atasan model tank top, pelukan-pelukan
serta sentuhan, apabila kami memenangkan
game membuat hati saya berdebar-debar dan
hasrat seksual terhadap Tante N semakin
menjadi-jadi. Malah, setiap selesai bermain tennis
saya bermasturbasi dengan membayangkan
wajah Tante N serta bersetubuh seperti film BF
yang biasa saya tonton.
Pada hari Sabtu di bulan Januari, karena saya tidak
memiliki pacar, saya sering berkeliling kota
dengan mobil ayah untuk menghabiskan malam
panjang sendirian. Karena teman-teman belajar
saya semua pada ngapel, termasuk Bima. “Ah
Sial..” ketika baru saja lewat rumah keluarga
drs.E, mobil terbatuk-batuk seperti habis BBM.
Padahal hujan begitu lebat di luar dan SPBU
terdekat kira-kira 2 km dari lokasi tempat mobil
saya tepikan di bahu jalan. Akhirnya, saya
memutuskan untuk meminjam telepon ke rumah
Bima, untuk menelepon ayah atau siapa saja
untuk membantu kesulitan gara-gara lalai
terhadap yang namanya BBM.
Ketika saya tiba di rumah Bima, sambil hujan-
hujanan suasana rumah tampak sepi, tidak ada
mobil atau pun suara televisi yang menandakan
adanya kehidupan. Dengan hati lemas saya pijit
bel rumah 2 kali, “Tingtong.. tingtong..” Tidak
lama kemudian terdengar jawaban dari dalam
rumah. “Siapa..?” Hati saya berdebar, karena saya
sangat mengenal suara itu. Kemudian saya
menjawab, “Kadek, Tante.. maaf malam-malam
Tante. Saya mau pinjam telepon, mobil saya
mogok, Tante.” Terdengar gerendel pintu
berbunyi, dan ketika pintu terbuka tampak sebuah
sosok yang sangat saya kenal, sosok yang selalu
hadir disetiap fantasi seksual saya. “Aduh Kadek
kenapa? kasian malam-malam gini hujan-
hujanan, ayo cepat ke kamar Bima, kalo udah
selesai ke ruang makan yach! Tante buatin
minuman hangat.” Sambil mengeringkan badan
dan mengganti baju, masih terbayang siluet
badan Tante N ketika tadi membuka pintu, yang
membayang dari gaun tidur yang tipis.Dalam hati
saya bertanya, “Kok sepi sekali, yang lain pada ke
mana yach.”
Sambil menghirup coklat panas yang dihidangkan
Tante N, akhirnya saya beranikan untuk bertanya.
“Tante, Oom, Bima dan yang lain pada ke mana?
Keliatannya rumah kok sepi sekali.”
“Ini lho, adiknya Oom yang di J, sedang sakit,
karena si Mbok juga lagi pulang, terpaksadech
Tante jadi hansip dulu. Eh.. kamu jadi telepon
nggak.”
“Eh iya Tante, kok jadi lupa nih.”
“Makanya, jangan suka ngelamun, dari tadi Tante
perhatiin kamu kok bengong terus, ada apa sih?”
“Nggak ada apa-apa kok Tante!”
Saya langsung bergegas ke ruang keluarga, dan
segera telepon ke rumah. Saya coba berulangkali
tetap telepon tidak bisa aktif. Tiba-tiba terdengar
suara Tante N, “Bisa nggak Dek? Kalo hujan begini
biasanya jaringan telepon di sini memang suka
ngadat.”
“Udah deh, kamu tidur sini aja, Tante juga jadi
ada yang nemenin.”
“Iya Tante.”
Setelah itu, saya dan Tante N segera beranjak
untuk meneruskan obrolan di ruang keluarga.
Sebelum saya sempat duduk di sofa, Tante N
berkata, “Dek, tolong dong Tante ajarin lagu
Turkish March-nya Bethoven, Tante masih kagok
tuh perpindahan jari-jarinya.”
“Kapan Tante?”
“Ya sekarang dong! Kapan lagi coba kamu punya
waktu untuk ngajarin Tante.”
Kemudian kami menuju piano dan duduk sama-
sama di kursi piano yang tidak terlalu lebar.
Karenasaya mengajari perpindahan jari-jari
tangan, otomatis saya selalu memegang jari
tangan Tante N yang halus dengan kuku-kuku
yang terawat dengan baik. Jantung saya terasa
makin lama makin berdebar, apalagi setiap
menarik nafas harum tubuh Tante N, sepertinya
memenuhi rongga dada dan membuat adik
kecilku mengeras secara perlahan.
“Kamu kok suaranya bergetar Dek, lagi nggak
enak badan yah?”
“Nggak kok Tante, saya hanya..”
“Hanya apa hayo! nggak mau ya lama-lama
temenin Tante, atau kamu udah ada janji malem
mingguan.”
“Saya nggak punya pacar kok Tante, nggak kayak
Bima ama yang lainnya.”
Sambil terus duduk berdekatan, tiba-tiba kepala
Tante N bersandar pada bahuku dan bertanya,
“Dek, Tante mau tanya apa Bima pernah cerita
nggak kalo ayahnya punya istri lagi yang jauh
lebih muda dari Tante, usianya sekitar 25 tahunan
lah.”
“Masa sih Tante, keliatannya Tante sama Om
mesra-mesra aja!”
Ketika tangan Tante N bergeser untuk bertumpu
pada pahaku, secara tidak sengaja menyentuh
adikku yang sejak tadi makin mengeras saja dan
membuatku berteriak kecil, “Ah..” Sambil Tante N
memandangku yang tertunduk malu dengan
wajah sendu dan sensual, Tante N kembali
bertanya, “Dek, kamu udah pernah berhubungan
seksual belum?”
“Be..be..be..lum pernah Tante!”
“Mau nggak Tante ajarin? sebagai ganti kamu
ngajarin piano sama Tante.”
Saya diam seribu bahasa, dan tiba-tiba bibir Tante
N telah menyerbu bibirku secara bertubi-tubi
sambil lidahnya terus berusaha menjilat dan
meracau, “Ah..ah..ah..” Sambil terus mencium
bibirku, tangan Tante N terus meremas telinga
dan rambutku.
Tiba-tiba Tante N berkata, “Dek! kita pindah ke
kamar yuk..”
Sambil bibir kami terus berpagutan, kami pindah
ke kamar tidur dan langsung merebahkan badan
dengan badanku ditindih Tante N. Selanjutnya
Tante N segera melucuti baju tidurnya dan
membentanglah suatu pemandangan indah,
payudara yang proporsional (kira-kira 36B)
denganputing warna merah maron dengan
dibungkus kulit putih yang mulus tanpa cacat,
dan yang lebih lagi adalah selangkangan dengan
bulu-bulu hitam yang tidak begitu lebat dengan
belahan merah muda yang mempesona. Dalam
keadaan masih bengong, tiba-tiba tangan Tante N
menarik tanganku danlangsung dibimbingnya ke
arah payudaranya. Tanpa menyia-nyiakan waktu,
saya langsung meremas dengan halus sambil
memilin puting susunya yang makin tegak dan
mengeras.
“Ah.. ah.. ah.. terus Dek, buat Tante puas Dek..”
Sambil terus meracau Tante N segera melucuti
seluruh bajuku, dan mulai meraba-raba daerah
selangkanganku serta mulai meremas adikku
yang terasa nikmat sekali.
“Punya kamu besar juga ya Dek”
“Boleh nggak Tante jilatin biar makin besar?”
“Emangnya Tante mau gitu..?”
Lansung posisi Tante N berubah dan mulai turun
perlahan dengan terus menjilati tubuhku, dari
leher, dada, perut, dan tiba-tiba kurasakan cairan
hangat mulai membasahi batang dan kepala
adikku. Dan ketika saya memberanikan diri untuk
melihat, rupanya kemaluanku sedang dijilati Tante
N, kadang-kadang dikulumnya sambil kurasakan
kepala kemaluanku menyentuh ujung
kerongkongan Tante N.
Tiba-tiba Tante N merubah posisinya, sambil
terus mengulum dan menjilat kemaluanku, Tante
N memutar badan dengan selangkangannya
menghadap wajahku. Terlihatlah suatu
pemandangan indah, bulu hitam dengan belahan
merah dan segumpal daging merah kecil yang
berkilau. “Jilat Dek, jilat Dek,” pinta Tante N. Tanpa
sungkan-sungkan dan membantah, langsung
saja kuarahkan lidahku untuk menjelajah sambil
terus menghirup harumnya kemaluan Tante N
yang bagaikan candu itu.
Usai kegiatan saling menjilat, Tante N segera
berbaring dan memintaku untuk bangkit sambil
tangannya terus menggenggam adikku dan
dituntunnya ke arah kemaluannya. “Masukkan
Dek, masukkan Dek!” pinta Tante N, seperti anak
kecil yang sedang merengek-rengek. Sesuai
permintaanku, segera Tante N menekan tubuhku
hingga adikku terarah dengan sempurna, dan
terasalah suatu rasa yang sensasional ketika kulit
kemaluanku bersentuhan dengan dinding
kemaluan Tante N yang sudah basah dengan
cairan hangatnya. “Ah.. ah.. ah..” suaraku dan
suara Tante N memecah kesunyian dandinginnya
malam. Sambil saya terus memompa Tante N
tidak lupa saya meremas-remas seluruh tubuh
Tante N yang memelukku dengan goyang
pinggul yang seirama.
Tanpa berkata apa-apa, Tante N membantingku
dan tiba-tiba Tante N telah menduduki tubuhku
dan mulai bergerak turun naik memutar. Saya
semakin takjub saja melihat kedua payudara
Tante N seperti bergejolak untuk memuntahkan
isinya. Sambil kami terus meracau dengan kata-
kata yang menunjukkan kepuasan, Tante N
memintaku untuk membalikkan badannya ke
posisi semula sambil memintaku untuk
memompa lebih cepat. Lalu kurasakan
kemaluanku semakin berdenyut dan kemaluan
Tante N juga kurasakan hal yang sama. Tidak
lama kemudian tubuh kami mengejang, dan
seperti di komando kami berteriak, “Ah.. ah.. ah..”
sambil dari kemaluanku kurasakan keluar cairan
nikmat dengan denyut kenikmatan dari dalam
kemaluan Tante N dan kami saling berpelukan
dengan erat sambil terus menikmati kenikmatan
yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
Usai adegan yang tak mungkin kuhapuskan dari
ingatanku, Tante N bertanya, “Kamu suka Dek?
Mau kan lain kali kita ulangi lagi.”
“Mau Tante.. kapan pun Tante mau, saya akan
meluangkan waktu untuk Tante.”
Tidak lama kemudian kami tertidur sambil terus
berpelukan hingga keesokan harinya.
Rekan-rekan pembaca, usai kejadian itu kami
masih terus melakukan affair. Hal ini berakhir
ketika saya menikah 4 tahun yang lalu. Beliau
berkata, “Jangan hianati istrimu, karena Tante
sudah merasakan bagaimana dihianati suami.”
Sampai sekarang kami masih berhubungan baik,
bersilaturrahmi dan saling memberi spirit di saat
kami merasa jatuh. Saya sangat menghormati
hubungan ini, karena pada dasarnya saya sangat
menghargai Tante N sebagai istri dan ibu yang
baik. Tamat


Adult | GO HOME | Exit
1/1039
U-ON

inc Powered by Xtgem.com